Metode Pembelajaran Teknik Jigsaw (MODEL COOPERATIVE)
A. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas No 20 tahun 2003).
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mampu merangsang siswa untuk
menimbulkan minat dalam belajar, sehingga proses belajar dan mengajar menjadi
kegiatan yang mampu mewadahi siswa untuk mengembangkan potensi diri, bertaqwa
kepada Tuhan YME, memiliki sikap tanggung jawab, dan menjadi masyarakat yang
demokratis. Sesuai dengan tujuan dari pendidikan.
Salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan mulia tersebut, ialah
peranan guru dalam proses pembelajaran. Guru sebagai orang dewasa sudah
seharusnya mampu membimbing anak
didiknya untuk menemukan tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut untuk
kreatif dan memiliki banyak cara dalam proses pembelajaran tersebut. banyak
model pembelajaran yang telah ada dan perkembang dalam dunia pendidikan
sehingga mampu menyajikan refesensi bagi guru dalam memberikan varisi
penyampaian materi ajar yang telah ada. Salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif dengan menggunkan teknik jigsaw.
B. Pengertian Model Kooperatif Teknik Jigsaw
Dari sisi etimologi jigsaw berasal
dari bahasa inggris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan
istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka
teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola kerja sebuah
gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan
Aronson et al, sebagai metode Cooperative
learning dimana pembelajaran lebih berorientasi pada siswa, bukan guru, sehingga
siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran.
Jigsaw merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki suatu topik
umum (Aronson, Wilson & Akerty, 2005)
Sedangkan
menurut Yuzar (2005) dalam Isjoni (2009) menyatakan, model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan
bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada kelompok yang lain. Wardanai (2002) menyatakan, teknik
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan
pengertian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif
dimana siswa mempelajari pengetahuan baru melalui pengelompokan yang telah bagi
berdasarakan bagian masing-masing secara khusus kemudian memberikan informasi
tersebut kepada kelompok lain guna mendapatkan informasi umum tentang materi
yang dipelajari. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.
C. Langkah – langkah Model Kooperatif Teknik
Jigsaw
Dalam teknik ini, guru memperhatikan
skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan
skemata ini agar bahan pembelajaran lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk Menurut Rusman (2008: 205) pembelajaran
model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota
setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan
yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas
membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah
kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan mambaca untuk menggali imformasi. Siswa memeperoleh topik-topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli.siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5. setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. guru memberi evaluasi
8. penutup
Selain itu juga dalam
pembagian kelompok fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara
pengelompokan:
- Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang
sama. Misalnya, para peserta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi
berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca
Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah
empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama,
berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan : Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi
perspektif yang berbeda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial
diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi
yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar
narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
- Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda
untuk duduk bersama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan
terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca
Bab 2, dsb.
Sediakanlah
empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama,
berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta
mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa
cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan
pengumpulan pengetahuan, memberikan peserta informasi dari bab-bab yang tidak
mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi
tersebut tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang
naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi informasi.
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-jigsaw/html)
D.
Faktor Penghambat
Dalam melakukan pembelajaran dengan
menggunakan model dan metode pembelajaran tentunya akan memiliki factor-faktor
penghambat, tak terkecuali juga model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
Faktor-faktor Penghambat yang dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw ialah seperti waktu yang cukup lama dibutuhkan dalam
penerapan model tersebut, sehingga terkadang waktu yang ada tidak mencukupi,
oleh karena itu guru harus dapat menggunakan waktu seefisien dan seefektif
mungkin. Selain itu juga budaya diskusi yang belum terbiasa diterapkan
disekolah akan mempersulit siswa dalam melaksanakan model ini, dalam model ini
siswa harus dituntut untuk aktif dan dapat mentranfer pemahaman mereka pada
siswa lain. Factor penghambat lainnya ialah datang dari guru tersebut,
terkadang guru kurang berani keluar dari zona nyaman yang selama ini mereka
gunakan, sehingga guru merasa enggan untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw ini.
Daftar Pustaka
Isjoni. (2009). Cooperative Learning
Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta
Robert E.Slavin. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa
Media.